Krimsus.com || NTT- Di tengah gemuruh informasi yang kerap kali menyesatkan, di mana kebenaran tersembunyi di balik kabut kepentingan, hadir sosok Dominggus Basleni, Kepala Desa Lobus, Kecamatan Toianas, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Ia berdiri tegak, memancarkan cahaya keterbukaan dan kebajikan, menjadi teladan di tengah arus perubahan yang deras.
Dalam kesibukan seorang pemimpin desa, Dominggus Basleni tidak pernah alpa untuk menyambut setiap tamu dengan hati yang lapang, termasuk para pencari berita.
Baginya, setiap pertemuan adalah jembatan yang menghubungkan antara pemerintah desa dan masyarakat, serta media sebagai penyambung lidah yang menyampaikan kebenaran.
"Menyambut tamu dengan etika dan kehangatan adalah cerminan dari martabat desa," tutur Dominggus Basleni, seolah mengutip filosofi kuno tentang pentingnya keramahan.
"Setiap senyum, setiap sapa, adalah benih-benih kebaikan yang kita tanam di tanah pertiwi."
Roy Saba, Kaperwil Media Krimsus.com Provinsi Nusa Tenggara Timur, melihat dalam diri Dominggus Basleni bukan sekadar seorang pemimpin, tetapi juga seorang filsuf yang mempraktikkan nilai-nilai luhur. "Keramahan dan kesantunan beliau adalah oase di tengah gurun kekeringan moral," kata Roy Saba, mengibaratkan kepemimpinan Dominggus Basleni sebagai sumber inspirasi.
Dalam era digital yang serba cepat, di mana informasi dapat menyebar seperti api dalam sekam, Dominggus Basleni mengingatkan tentang pentingnya verifikasi.
"Kebenaran adalah mata uang yang paling berharga," ujarnya. "Sebelum menyebarkan informasi, kita harus memastikan keasliannya, agar tidak ada hati yang terluka, tidak ada kebohongan yang merajalela."
Dominggus Basleni tidak hanya membangun hubungan yang harmonis dengan media, tetapi juga merangkul seluruh masyarakat Desa Lobus dalam semangat gotong royong.
Baginya, pembangunan desa adalah simfoni yang membutuhkan harmoni dari setiap elemen. "Partisipasi masyarakat adalah kunci utama," katanya. "Kita adalah satu keluarga besar, dan hanya dengan bahu-membahu, kita dapat mencapai kesejahteraan bersama."
Di akhir perbincangan, Dominggus Basleni menyampaikan pesan yang sarat makna. "Mari kita jaga komunikasi yang baik, saling menghormati, dan selalu mengedepankan kebenaran," ajaknya. "Desa Lobus adalah rumah kita bersama, dan kita adalah penjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur."
Dominggus Basleni, dengan kebijaksanaannya, telah mengukir jejak yang mendalam di Desa Lobus. Ia bukan sekadar kepala desa, tetapi juga seorang pemimpin yang menginspirasi, seorang filsuf yang mengajarkan tentang pentingnya kebajikan, dan seorang sahabat yang selalu siap mendengarkan.
Semoga kisah Dominggus Basleni menjadi inspirasi bagi kita semua, untuk membangun jembatan keterbukaan, menebar benih-benih kebajikan, dan menjaga kebenaran di tengah pusaran informasi yang tak berujung. (Roy)
Social Header